Pemerintah Impor BBM Rp 1,7 Triliun per Hari

oleh -19 Dilihat
oleh

JAKARTA – Persoalan pengelolaan subsidi dan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) masih menjadi pekerjaan rumah yang besar bagi pemerintah. Pemerintah dituntut mencari solusi atas persoalan ini mengingat sudah terlalu besar jumlah uang rakyat yang dihabiskan untuk mengimpor BBM.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik mengklaim, pemerintah serius menjalankan program konversi bahan bakar minyak ke gas kendati jumlah kendaraan bermotor setiap tahunnya terus naik.

“Pemerintah tidak bisa melarang industri otomotif karena ada banyak tenaga kerja dan membuat ekonomi tumbuh. Selain itu merupakan kebahagiaan bagi orang apabila mampu membeli mobil baru,” katanya saat meresmikan tiga stasiun pengisian bahan bakar Liquified Gas for Vehicle (LGV) milik Pertamina di Denpasar, Jumat (28/9).

Dia menyebutkan, Kemenperin memprediksi, setiap tahunnya terjadi penambahan jumlah mobil 900.000 sampai 1 juta unit dan 7 juta unit sepeda motor. Pesatnya pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor kian memberatkan. Terutama untuk mencukupi kebutuhan bahan bakar minyak (BBM).

“Saat ini kita menghabiskan USD 150 juta (sekitar Rp 1,7 triliun) per hari hanya untuk impor BBM sehingga semakin memberatkan beban APBN. Karena itu harus ada program keras untuk meninggalkan BBM dan beralih ke gas,” tegasnya.

Dia melihat, keberadaan SPB-LGV sangat penting untuk mendorong program konversi gas sektor transportasi. “Semoga akan lebih banyak lagi stasiun sejenis di daerah lainnya,” katanya.

Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina, Hanung Budya mengatakan konsumsi BBM bersubsidi di Indonesia tahun ini diperkirakan mencapai 47 juta KL, sedangkan penjualan bahan bakar gas di Indonesia baru mencapai 38.000 KL atau masih 0,08 persen dari konsumsi BBM.

Keberadaan tiga SPB-LGV di Bali tersebut untuk mendukung percepatan program konversi BBG untuk transportasi, katanya. Dalam lima tahun mendatang, Pertamina menargetkan mampu menjual bahan bakar gas transportasi hingga 970 ribu KL, di mana 80 ribu diantaranya adalah LGV.

Jumlah SPBG juga akan ditambah dari 22 unit saat ini menjadi 116 unit SPBG pada lima tahun mendatang, kata Hanung. Sementara untuk total SPBU Pertamina yang dapat melayani penjualan LGV kini mencapai 14 unit termasuk tiga yang baru diresmikan di Bali dan 11 lainnya tersebar di Jakarta dan Tangerang.

Pertamina berkomitmen untuk terus memperbanyak SPB LGV yang akan diselaraskan dengan permintaan akan LGV. Selain menghemat BBM, dari sisi performance LGV juga memiliki pelbagai kelebihan, seperti Real Octane Number (RON) di atas 98, katanya. (merdeka.com)